BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang
Energi listrik telah menjadi
salah satu kebutuhan primer masyarakat modern disamping sandang, pangan dan
papan. Keluwesan energi listrik dalam transformasi energinya menjadi bentuk
energi yang lain (mekanis, panas, cahaya)dan kemudahan dalam penyalurannya menyebabkan energi
ini menjadi suatupilihan.Kebutuhan akan energi
listrik semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan penduduk.
Penggunaan energi listrik, khususnya untuk keperluan rumah tangga, juga semakin
beragam sebagai akibat dari ditawarkan berbagai peralatan rumah tangga yang
memanfaatkan energi listrik seperti setrika, majic jar, kulkas, pompa air dan
sebagainya.Di indonesia pemakai
(konsumen) energi listrik disuplai oleh PLN dan pemakai dikelompokkan menjadi
kelompok rumah tangga, bisnis, industri dan publik. Kebijakan energi nasional
yaitu memproduksi energi seefisien mungkin. Demikian pula produksi dan
pemakaian energi listrik harus sejalan dengan kebijakan energi nasional. Usaha
untuk meningkatkan efisiensi energi listrikdiantaranya dengan meningkatkan faktor daya listrik
(Power Faktor = PF).Faktor daya listrik rendah pada umumnya terjadi pada
beban induktif yaitu:motor induksi, lamput TL, lampu mercuri, las listrik,
transformator dan sebagainya Jika terjadi faktor daya rendah (pf<0 .9=".9" agar="agar" akan="akan" biaya="biaya" br="br" dan="dan" dapat="dapat" daya.="daya." daya="daya" dengan="dengan" digunakan="digunakan" dilakukan="dilakukan" efisiensi="efisiensi" faktor="faktor" jaringan="jaringan" kapasitor="kapasitor" listrik.="listrik." listrik="listrik" maka="maka" masalah="masalah" memiliki="memiliki" memperbaiki="memperbaiki" mengatasi="mengatasi" menggunakan="menggunakan" meningkatkan="meningkatkan" menjadi="menjadi" menurunkan="menurunkan" optimal.="optimal." pada="pada" pemasangan="pemasangan" peralatan="peralatan" perbaikan="perbaikan" perlu="perlu" relatif="relatif" rendah="rendah" rugi="rugi" secara="secara" serta="serta" sistem="sistem" situasi="situasi" suatu="suatu" sudah="sudah" tegangan="tegangan" tenaga="tenaga" tentunya="tentunya" terlanjur="terlanjur" tersebut="tersebut" tersedia="tersedia" tidak="tidak" tinggi="tinggi" tinggiatau="tinggiatau" untuk="untuk" yaitu="yaitu" yang="yang">0>(>0.9) bahkan mendekati satu.Motor Induksi atau motor
arus bolak-balik adalah suatu motor yang
berfungsi untuk mengubah tenaga listrik arus bolak – balik menjadi
tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak itu berupa putaran dari
rotor. Motor induksi sebagai penggerak atau penghasil tenaga mekanis merupakan
motorarus bolak-balik (ac).Penamaannya berdasarkan dari
kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu,
tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara putaran rotor dengan medan magnetik putar (rotating magnetic field)
yang dihasilkan oleh arus stator.
Belitan stator yang
dihubungkan dengan sumber tegangan tiga / satu Phase akan menghasilkan medan
magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron. Medan magnetik putar pada stator
tersebut akan memotong konduktor – konduktor pada rotor, sehingga terinduksi
oleh arus dan rotorpun akan turut berputar mengikuti medan magnet putar stator.
Bertambahnya beban akan memperbesar pula
arus induksi pada rotor dan slipnya. Jadi bila beban motor bertambah, maka
putaran rotor cenderung menurun. Beberapa kelebihan motor induksi antara lain:1. Strukturnya yang sederhana2. Konstruksinya yang kuat3. Mudah dioperasikan (dijalankan)4. Perawatannya mudah5. Harganya rendahBila dilihat dari jumlah
phase tegangan yang digunakan dapat dikenaldua jenis motor induksi yaitu:1.
Motor induksi
satu Phase
Motor induksi satu Phase sesuai dengan input (satu
Phase) yang dikonversi menjadi tenaga mekanik, dalam prakteknya motor induksi
satu Phase banyak digunakan pada peralatan rumah tangga karena daya yang
dihasilkan kecil serta jumlah Phase yang terpasang dirumah tangga secara umum
adalah satu Phase.2.
Motor induksi
tiga Phase
Motor induksi 3 Phase diambil dari tegangan input pada
motor tersebut (terdiri dari 3 Phase, yaitu Phase R, S dan T) untuk
mengahsilkan tenaga mekanik. Motor induksi 3 Phase ini banyak digunakan di
dunia industry karena tenaga yang dihasilkan lebih besar dibanding 1 Phase, jumlah
Phase listrik yang terpasang di industri adalah 3 Phase. BAB IIPEMBAHASANPERCOBAAN I KENDALI
ARAH PERPUTARAN MOTOR DC PENGUATAN SERI
2.1.1
Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan menunjukkan hubungan motor Dirrect Current (DC) penguatan seri dan kendali
arah perputaran motor tersebut.
2.1.2
Teori Dasar
Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis
yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini
digunakan untuk, misalnya memutar impeller
pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan,dll. Motor listrik
digunakan juga di rumah (mixer, bor
listrik, fan angin) dan di industri.
Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan
bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri.
Motor DC
memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi
energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak
berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika
terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul
tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga
merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik
phasa tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan
komutator, dengan demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan jangkar yang
berputar dalam medan magnet. Bentuk motor paling sederhana memiliki kumparan
satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen.
Gambar 1.1. Motor D.C SederhanaCatu tegangan dc dari baterai menuju ke lilitan melalui sikat yang
menyentuh komutator, dua segmen yang terhubung dengan dua ujung lilitan.
Kumparan satu lilitan pada gambar di atas disebut angker dinamo. Angker dinamo
adalah sebutan untuk komponen yang berputar di antara medan magnet.Prinsip Dasar Cara KerjaJika arus
lewat pada suatu konduktor, timbul medan magnet di sekitar konduktor. Arah medan magnet ditentukan oleh arah aliran arus pada
konduktor.
Gambar
1.2. Medan magnet yang membawa arus mengelilingi konduktor .
Aturan
Genggaman Tangan Kanan bisa dipakai untuk menentukan arah garis fluks di
sekitar konduktor. Genggam konduktor dengan tangan kanan dengan jempol mengarah
pada arah aliran arus, maka jari-jari anda akan menunjukkan arah garis fluks.
Gambar 1.3 menunjukkan medan magnet yang terbentuk di sekitar konduktor berubah
arah karena bentuk U.
Gambar 1.3. Medan magnet yang membawa arus
mengelilingi konduktor.
Catatan :
Medan magnet hanya terjadi di sekitar sebuah konduktor jika ada arus
mengalir pada konduktor tersebut.
Pada motor listrik konduktor berbentuk U disebut angker dinamo.
Gambar 1.4.
Medan magnet mengelilingi konduktor dan diantara kutub.
Jika
konduktor berbentuk U (angker dinamo) diletakkan di antara kutub uatara dan
selatan yang kuat medan magnet konduktor akan berinteraksi dengan medan magnet
kutub. Lihat gambar 1.5.
Gambar 1.5. Reaksi garis fluks.
Lingkaran bertanda A dan B merupakan
ujung konduktor yang dilengkungkan (looped
conductor). Arus mengalir masuk melalui ujung A dan keluar melalui ujung B.
Medan
konduktor A yang searah jarum jam akan menambah medan pada kutub dan
menimbulkan medan yang kuat di bawah konduktor. Konduktor akan berusaha
bergerak ke atas untuk keluar dari medan kuat ini. Medan konduktor B yang
berlawanan arah jarum jam akan menambah medan pada kutub dan menimbulkan medan
yang kuat di atas konduktor. Konduktor akan berusaha untuk bergerak turun agar
keluar dari medan yang kuat tersebut. Gaya-gaya tersebut akan membuat angker
dinamo berputar searah jarum jam.
Mekanisme
kerja untuk seluruh jenis motor secara umum :
§ Arus
listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya.
§ Jika
kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran / loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan
magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.
§ Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar / torque untuk memutar kumparan.
§ Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang lebih
seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang
disebut kumparan medan.
Pada motor DC,
daerah kumparan medan yang dialiri arus listrik akan menghasilkan medan magnet
yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi dari energi
listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung melalui
medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan energi, sekaligus sebagai tempat berlangsungnya proses
perubahan energi, daerah tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar
1.6. Prinsip kerja motor DC
Agar proses perubahan energi mekanik dapat berlangsung secara sempurna,
maka tegangan sumber harus lebih besar daripada tegangan gerak yang disebabkan
reaksi lawan. Dengan memberi arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka
menimbulkan perputaran pada motor.
Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang dimaksud
dengan beban motor. Beban dalam hal ini mengacu kepada keluaran tenaga putar / torque sesuai dengan kecepatan yang
diperlukan. Beban umumnya dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok :
§
Beban torque
konstan adalah beban dimana permintaan keluaran
energinya bervariasi dengan kecepatan operasinya namun torquenya tidak bervariasi. Contoh beban dengan torque konstan adalah corveyors, rotary kilns, dan pompa displacement
konstan.
§
Beban dengan
variabel torque adalah beban
dengan torque yang bervariasi dengan
kecepatn operasi. Contoh beban dengan variabel torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi
sebagai kuadrat kecepatan).
Peralatan Energi Listrik :
Motor Listrik.
§
Beban dengan
energi konstan adalah beban dengan permintaan torque
yang berubah dan berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban
dengan daya konstan adalah peralatan-peralatan mesin.
Prinsip Arah Putaran Motor
Untuk menentukan arah putaran motor digunakan kaedah Flamming tangan kiri.
Kutub-kutub magnet akan menghasilkan medan magnet dengan arah dari kutub utara
ke kutub selatan. Jika medan magnet memotong sebuah kawat penghantar yang
dialiri arus searah dengan empat jari, maka akan timbul gerak searah ibu jari. Gaya ini disebut
gaya Lorentz, yang besarnya sama dengan F.
Prinsip motor : aliran arus di dalam penghantar yang berada di dalam
pengaruh medan magnet akan menghasilkan gerakan. Besarnya gaya pada penghantar
akan bertambah besar jika arus yang melalui penghantar bertambah besar.
Contoh :
Sebuah motor DC mempunyai kerapatan medan magnet 0,8 T. Di bawah pengaruh
medan magnet terdapat 400 kawat penghantar dengan arus 10A. Jika panjang
penghantar seluruhnya 150 mm, tentukan gaya yang ada pada armature.
Jawab :
F = B.I.ℓ.z = 0,8 (Vs/m2). 10A. 0,15 m.400
= 480 (Vs.A/m)
= 480 (Ws/m) = 480 N.
Electromotive Force (EMF) / Gaya Gerak Listrik
EMF induksi
biasanya disebut EMF Counter. atau EMF kembali. EMF kembali artinya adalah EMF tersebut
ditimbulkan oleh angker dinamo yang yang melawan tegangan yang diberikan
padanya.
Teori dasarnya adalah jika sebuah konduktor listrik memotong garis medan
magnet maka timbul ggl pada konduktor.
Gambar 8. E.M.F. Kembali.
Gambar 1.7. Arus pada Gaya Gerak Listrik
EMF induksi terjadi pada motor listrik, generator
serta rangkaian listrik dengan arah berlawanan terhadap gaya yang
menimbulkannya.
HF. Emil Lenz mencatat
pada tahun 1834 bahwa “arus induksi selalu berlawanan arah dengan gerakan
atau perubahan yang menyebabkannya”. Hal ini disebut sebagai Hukum Lenz.
Timbulnya EMF tergantung pada:
·
Kekuatan garis fluks magnet
·
Jumlah lilitan konduktor
·
Sudut
perpotongan fluks magnet dengan konduktor
·
Kecepatan
konduktor memotong garis fluks magnet
Tidak ada arus induksi yang terjadi jika angker dinamo
diam.
Mengatur Kecepatan pada Armature
Berdasarkana persamaan di bawah
ini :
Jika flux Φ tetap dijaga konstan, dan
kecepatannya berubah berdasarkan armature voltage (Es). Dengan naiknya atau turunnya Es, kecepatan motor akan naik atau turun sesuai dengan
perbandingannya.
Gambar 1.8. Kecepatan pada Armature
Pada gambar di atas dapat
dilihat bahwa Es dapat divariasikan
dengan menghubungkan motor armature M ke excited variable – voltage dc
generator G yang berbeda. Field excitation dari motor tetap dijaga tetap
kosntan, tetapi generator Ix bisa
divariasikan dari nol sampai maksimum dan bahkan sebaliknya. Oleh sebab itu
generator output voltage Es bisa
divariasikan dari nol sampai maksimum, baik dalam polaritas positif maupun
negatif. Oleh karena itu, kecepatan motor dapat divariasikan dari nol sampai
maksimum dalam dua arah. Metode speed control ini, dikenal sebagai sistem
Ward-Leonard, ditemukan di pabrik baja (steel mills), lift bertingkat,
pertambangan, dan pabrik kertas.
Dalam instalasi modern,
generator sering digantikan dengan high-power electronic converter yang
mengubah ac power dari listrik ke DC.
Ward-Leonard sistem lebih dari
sekadar cara sederhana dengan menerapkan suatu variabel dc ke armature dari
motor dc. Hal tersebut benar-benar dapat memaksa motor utnuk mengembangkan
torsi dan kecepatan yang dibutuhkan oleh beban. Contohnya, misalkan Es disesuaikan dengan sedikit lebih
tinggi daripada Eo dari motor. Arus akan mengalir
dengan arah sesuai dengan gambar di atas, dan motor mengembangkan torsi yang
positif. Armature dari motor menyerap power karena I mengalir ke terminal positif.
Sekarang, misalkan kita
megurangi Es dengan mengurangi
excitation ΦG. Segera setelah Es
menjadi kurang dari Eo, arus I
berbalik. Hasilnya, torsi motor berbalik dan armature dari motor
menghantarkan daya ke generator G. Akibatnya, motor dc mendadak menjadi
generator dan generator G mendadak menjadi motor. Maka, dengan mengurangi Es, motor tiba-tiba dipaksa untuk
memperlambat.
Apa yang terjadi kepada power
dc yg diterima oleh generator? Saat generator menerima daya listrik, generator
beroperasi sebagai motor, mengendalikan motor ac nya sendiri sebagai
asynchrounous generator. Hasilnya, ac power memberikan kembali ke rangkaian
yang biasanya memberikan motor ac. Kenyataannya daya bisa diperoleh kembali,
cara ini membuat Ward-Leonard sistem menjadi sangat efisien.
Contoh soal :
Calculate
a. Torsi motor dan kecepatan saat
Es = 400 V dan Eo = 380 V
b. Torsi motor dan kecepatan saat
Es = 350 V dan Eo = 380 V
Solution
a. Arus armature adalah
I = (Es
– Eo)/R = (400-380)/0.01
= 2000 A
Daya ke
motor armature adalah
P = EoI = 380 x 2000 = 760kW
Kecepatan motor adalah
n = (380 V /
500 V) x 300 = 228r/min
Torsi motor adalah
T = 9.55 P/n
= (9.55 x 760
000)/228
= 47.8 kN.m
b. Karena Eo = 380 V, kecepatan motor
masih 228 r/min. Arus armature adalah
I = (Es-Eo)/R
= (350-380)/0.01
= -3000A
Arusnya negatif dan mengalir
berbalik; akibatnya, torsi motor juga berbalik. Daya dikembalikan ke generator
dan hambatan 10 mΩ :
P = EoI = 380 x 3000 = 1140kW
Braking torque yang
dikembangkan oleh motor :
T = 9.55 P/n
= (9.55 X 1 140 000)/228
= 47.8 kN.m
Kecepatan dari motor dan
dihubungkan ke beban mekanis akan cepat jatuh dibawah pengaruh
electromechanical braking torque.
Gambar 1.8. armature rheostat
Cara lain untuk mengontrol
kecepatan dari motor DC adalah menempatkan rheostat yang di-seri-kan dengan
armature (gambar di atas). Arus dalam rheostat menghasilkan voltage drop jika
dikurangi dari fixed source voltage Es,
menghasilkan tegangan suplai yang lebih kecil dari armature. Metode ini
memungkinkan kita untuk mengurangi kecepatan dibawah kecepatan nominalnya. Ini
hanya direkomendasikan untuk motor kecil karena banyak daya dan pasa yang
terbuang dalam rheostat, dan efisiensi keseluruhannya rendah. Di samping itu,
pengaturan kecepatan lemah, bahkan untuk rheostat yg diatur fixed. Akibatnya, IR drop sedangkan rheostat meningkat
sebagaimana arus armature meningkat. Hal ini menghasilkan penurunan kecepatan
yang besar dengan naiknya beban mekanis.
Mengatur Kecepatan dengan Field
Berdasarkan persamaan di atas
kita juga dapat memvariasikan kecepatan motor dc dengan memvariasikan field
flux Φ. Tegangan armature Es tetap
dijaga konstan agar numerator pada persamaan di atas juga konstan. Oleh sebab
itu, kecepatan motor sekarang berubah perbandingannnya ke flux Φ; jika kita
menaikkan fluxnya, kecepatan akan jatuh, dan sebaliknya.
Metode dari speed control ini
seringkali digunakan saat motor harus dijalankan diatas kecepatan rata-ratanya,
disebut base speed. Untuk mengatur
flux (dan kecepatannya), kita menghubungkan rheostat Rf secara seri
dengan fieldnya.
Gambar 1.9. Kecepatan pada Field
Untuk mengerti metode speed
control, pada gambar di atas awalnya berjalan pada kecepatan konstan.
Counter-emf Eo sedikit lebih rendah
dari tegangan suplai armature Es,
karena penurunan IR armature. Jika
tiba-tiba hambatan dari rheostat ditingkatkan, baik exciting current Ix dan flux Φ akan berkurang. Hal ini
segera mengurangi cemf Eo,
menyebabkan arus armature I melonjak
ke nilai yang lebih tinggi. Arus berubah secara dramatis karena nilainya
tergantung pada perbedaam yang sangat kecil antara Es dan Eo. Meskipun fieldnya
lemah, motor mengembangkan torsi yang lebih besar dari sebelumnya. Itu akan
mempercepat sampai Eo hampir sama
dengan Es.
Untuk lebih jelasnya, untuk
mengembangkan Eo yang sama dengan
fluks yang lebih lemah, motor harus berputar lebih cepat. Oleh karena itu kita
dapat meningkatkan kecepatan motor di atas nilai nominal dengan memperkenalkan
hambatan di dalam seri dengan field. Untuk
shunt-wound motors, metode dari speed control memungkinkan
high-speed/base-speed rasio setinggi 3 : 1. Range broader speed cenderung
menghasilkan ketidakstabilan dan miskin pergantian.
Di bawah kondisi-kondisi abnormal tertentu, flux
mungkin akan drop ke nilai rendah yang berbahaya. Sebagai contoh, jika arus
exciting dari motor shunt sengaja diputus, satu-satunya flux yang tersisa
adalah remanent magnetism (residual magnetism) di kutub. Flux ini terlalu kecil
bagi motor untuk berputar pada kecepatan tinggi yang berbahaya untuk
menginduksi cemf yang diharuskan. Perangkat keamanan diperkenalkan untuk
mencegah kondisi seperti pelarian.
Series motor
Motor seri identik dalam
kosntruksi untuk motor shunt kecuali untuk field. Field dihubungkan secara seri
dengan armature, oleh karena itu, membawa arus armature seluruhnya. Field seri
ini terdiri dari beberapa putaran kawat yang mempunyai penampang cukup besar
untuk membawa arus.
Meskipun kosntruksi serupa,
properti dari motor seri benar-benar berbeda dari motor shunt/ Dalam notor
shunt, flux Φ per pole adalah konstan pada semua muatan karena field shunt
dihubungkan ke rangkaian. Tetapi motor seri, flux per pole tergantung dari arus
armature dan beban. Saat arusnya besar, fluxnya besar dan sebaliknya. Meskipun
berbeda, prinsip dasarnya dan perhitungannya tetap sama.
Pada motor yang
mempunyai hubungan seri jumlah arus yang melewati angker dinamo sama besar dengan yang melewati
kumparan. Lihat gambar 9. Jika beban naik motor berputar makin pelan. Jika
kecepatan motor berkurang maka medan magnet yang terpotong juga makin kecil,
sehingga terjadi penurunan EMF. kembali dan peningkatan arus catu daya pada
kumparan dan angker dinamo selama ada beban. Arus lebih ini mengakibatkan peningkatan torsi yang
sangat besar.
Catatan :
Contoh keadaan adalah pada motor starter yang mengalami
poling ( angker dinamo menyentuh kutub
karena kurang lurus atau ring yang aus). Arus yang tinggi akan mengalir melalui
kumparan dan anker dinamo karena kecepatan angker dinamo menurun dan
menyebabkan turunnya EMF kembali.
Gambar 1.10. Motor dengan
kumparan seri.
EMF kembali mencapai maksimum jika kecepatan angker
dinamo maksimum. Arus yang disedot dari catu daya menurun saat motor makin
cepat, karena EMF kembali yang terjadi melawan arus catu daya.
EMF kembali tidak bisa sama besar dengan arus EMF.
yang diberikan pada motor DC, sehingga akan mengalir searah dengan EMF yang
diberikan.
Karena ada dua EMF yang saling berlawanan EMF kembali
menghapuskan EMF. yang diberikan, maka arus yang mengalir pada angker dinamo
menjadi jauh lebih kecil jika ada EMF kembali.
Karena EMF kembali melawan tegangan yang diberikan
maka resistansi angker dinamo akan tetap kecil sementara arus angker dinamo
dibatasi pada nilai yang aman.
Gambar 1.11.
Karakteristik Motor DC
2.1.3
Alat dan komponen yang digunakan
Jumlah Nama No.
Seri Alat
1 DC Series Wound Machine EM-3330-1E
Or DC Multifunction Machine EM-3320-1B
1 Magnetic Power Brake Unit EM-3320-1A
1 Brake Controller EM-3320-1N
1 DC Power Supply Module EM-3310-1A
1 Three-phase Power Supply Module EM-3310-1B
1 Three-pole Current Limit Protection
Switch Module EM-3310-2A
1 Digital DVC Meter EM-3310-3B
1 Laboratory Table EM-3380-1A
1 Experimental Frame EM-3390-2B
Or Experimental Frame EM-3390-2A
1 Connecting Leads Holder EM-3390-1A
1 Coupling EM-3390-2A
1 Coupling Guard EM-3390-2B
1 Shaft End Guard EM-3390-2C
1 Connecting Leads Set EM-3390-3A
1
Safety
Bridging Plugs Set EM-3390-4A
2.1.4 Gambar Rangkaian
Gambar 1.12. Rangkain motor
DC penguatan seri
Gambar 1.13. Koneksi motor DC penguatan Seri
2.1.5 Prosuder Percobaan
Waspada:
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan
tinggi! jangan membuat atau
modifikasi beberapa koneksi dengan power
on kecuali jika
ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera tekan tombol merah emergency off
di Three-phase Power Supply Module.
1.
Tempatkan DC Series Wound
Machine, Magnetic Power Brake Unit dan
Brake Controller di meja laboratorium.
2.
Secara mekanik
hubungkan motor DC permanent magnet kepada Magnetic
Power Brake Unit menggunakan sebuah
gandengan (coupling).
3.
Kunci
basis mesin bersama menggunakan delta sekrup.
Install Coupling Guard dan the Shaft End Guard.
4.
Hubungkan
Brake Controller kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan kabel.
5.
Tentukan
skala/kalibrasi tampilan torque Brake Controller ke 0
kg-m dengan menyetel nol tombol adj yang
berlokasi di bagian belakang panel Magnetic Power Brake
Unit.
6.
Install
perlengkapan yang diperlukan
modul di rangka percobaan. Konstruksikan
rangkaian sesuai dengan diagram rangkaian pada Gambar 1.1. dan diagram hubungan pada Gambar 1.2. Pastikan instruktur
memeriksa rangkaian yang kamu
selesaikan.
7.
Atur
tombol V.
adj di DC Power Supply Module ke posisi minimum.
8.
Secara
berurut, hidupkan Brake
Controller,
Magnetic Power Brake Unit, 3-P Current Limit Protection Switch, Three-phase Power Supply dan DC
Power Supply Module.
9.
Operasikan
Brake Controller untuk beroperasi
di mode\closed loop\constant torque mode
dan atur keluaran torque menjadi
0.1 kg-m.
10.
Tekan
tombol start di DC Power Supply Module.
11.
Di
DC Power Supply Module,
putar secara perlahan
tombol V. adj untuk menambah tegangan
motor E. Awasi dan catat arah
perputaran DC
permanent magnet
motor.
Arah perputaran = MUNDUR
12.
Putar kembali secara perlahan tombol V. adj di DC Power Supply Module
ke posisi minimum.
13.
Operasikan
Brake Controller untuk mengeluarkan
pengereman yaitu, lepaskan
pengereman dengan menekan tombol esc
atau tombol back
di Brake Controller.
14.
Secara
berurut, matikan DC Power Supply Module,
Three-phase Power Supply dan 3-P
Current Limit Protection Switch, Magnetic
Power Brake Unit dan Brake
Controller.
15.
Membalik
hubungan terminal A1 dan A2 pada panel DC Series Wound
Machine motor.
16.
Ulang
langkah 8 sampai 11.
Arah
perputaran = MAJU
2.1.6 Analisa Data
Pada percobaan gambar 1.4 motor DC seri berputar
berlawanan arah jarum jam (Reverse). Dikarenakan perbedaan arus yang masuk, dan
melawati kumparan motor. Maka terjadi lah arah yang berlawanan arah jarum jam.
Pada gambar 1.5 motor DC seri berputar searah jarum
jam (Forward). Hal ini disebabkan pada polaritas tegangan yang terhubung pada
terminal motor. Karena arus yang masuk sesuai dengan kutub maka perputaran pada
motor sesuai dengan arah jarum jam.
2.1.7 Kesimpulan
Motor DC Penguatan
Seri dalam arah perputarannya sendiri dapat dibolak- balik REVERSE, FORWARD dengan
cara membalik polaritas pada sumber tegangan.
PERCOBAAN
II
KARAKTERISTIK TENAGA PUTARAN DAN KECEPATAN
MOTOR DC PENGUATAN PARALEL
2.2.1
Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menunjukkan
karakteristik
torque-speed (Tenaga Putaran-Kecepatan)
motor DC penguatan paralel.
2.2.2
Teori Dasar
Motor shunt berbeda dengan motor
seri dalam gulungan medan terhubung secara paralel dengan angker, bukan secara
seri. Anda harus ingat dari teori listrik dasar bahwa rangkaian paralel sering
disebut sebagai shunt. Karena gulungan medan ditempatkan secara paralel dengan
angker, hal itu disebut suatu lilitan shunt dan motor disebut motor shunt.
Gambar 12-13 menunjukkan diagram dari motor shunt. Perhatikan bahwa terminal
lapangan ditandai Fl dan F2, dan terminal angker ditandai Al andA2. Anda harus
melihat pada diagram ini bahwa medan shunt diwakili dengan bergantian
menggunakan beberapa garis tipis.
Gambar
2.1. Diagram motor shunt DC. Perhatikan kumparan
shunt diidentifikasi sebagai kumparan kawat halus dengan banyak belokan yang
terhubung secara paralel (shunt) dengan dinamo.
3
Gambar
2.2. shunt bermotor Khas DC. Motor ini tersedia
dalam berbagai ukuran. Motor ini
adalah 1 hp (sekitar 8 in tinggi).
Shunt berliku terbuat dari kecil-gauge kawat dengan banyak belokan pada
kumparan. Karena kawat sangat kecil, koil dapat memiliki ribuan bergantian dan
masih masuk dalam slot. Kabel kecil-gauge tidak bisa menangani sebanyak
sekarang sebagai kawat berat-gauge di bidang seri, tapi karena kumparan ini
memiliki lebih banyak berubah dari kawat, masih bisa menghasilkan medan magnet
yang sangat kuat. Gambar 2.2. menunjukkan gambar motor shunt DC.
Shunt
motor Operasi
Sebuah motor shunt memiliki
karakteristik operasi sedikit berbeda dari motor seri. Karena kumparan medan
shunt terbuat dari kawat halus, tidak dapat menghasilkan arus yang besar untuk
memulai seperti bidang seri. Ini berarti bahwa motor shunt memiliki torque awal
yang sangat rendah, yang mengharuskan beban poros agak kecil.
Ketika tegangan diterapkan ke motor, resistansi tinggi dari kumparan shunt
menjaga aliran keseluruhan rendah saat ini. Angker untuk motor shunt mirip
dengan motor seri dan akan menarik arus untuk menghasilkan medan magnet yang
cukup kuat untuk menyebabkan poros angker dan beban untuk mulai berputar.
Seperti motor seri, ketika angker mulai berubah, maka akan menghasilkan EMF
kembali. EMF kembali akan menyebabkan arus dalam angker untuk mulai berkurang
sampai tingkat yang sangat kecil. Jumlah arus armature akan menarik secara
langsung berkaitan dengan ukuran beban ketika motor mencapai kecepatan penuh.
Karena beban adalah umumnya kecil, arus armature akan menjadi kecil. Ketika
motor mencapai rpm penuh, kecepatan akan tetap cukup konstan.
Mengontrol
Speed
Ketika
motor shunt mencapai rpm penuh, kecepatan akan tetap cukup konstan. Alasan
kecepatan tetap konstan ini disebabkan oleh karakteristik beban dari armature
dan kumparan shunt. Anda harus ingat bahwa kecepatan motor seri tidak bisa
dikendalikan karena itu sepenuhnya tergantung pada ukuran beban dibandingkan
dengan ukuran motor. Jika beban sangat besar untuk ukuran motor, kecepatan
dinamo akan sangat lambat. Jika beban itu ringan dibandingkan dengan motor,
kecepatan poros angker akan jauh lebih cepat, dan jika tidak ada beban hadir
pada poros, motor bisa melarikan diri.
Kecepatan motor shunt yang bisa dikendalikan. Kemampuan motor untuk
mempertahankan rpm set dengan kecepatan tinggi ketika perubahan beban ini
disebabkan oleh karakteristik dari medan shunt dan angker. Sejak angker mulai
memproduksi kembali EMF segera setelah mulai memutar, ia akan menggunakan EMF
kembali untuk mempertahankan rpm nya dengan kecepatan tinggi. Jika beban sedikit
meningkat dan menyebabkan poros angker untuk memperlambat, EMF kurang kembali
akan diproduksi. Ini akan memungkinkan perbedaan antara EMF kembali dan
tegangan yang diberikan menjadi lebih besar, yang akan menyebabkan lebih banyak
arus mengalir. Arus ekstra menyediakan motor dengan torsi tambahan yang
diperlukan untuk mendapatkan kembali rpm ketika beban ini sedikit meningkat.
Kecepatan motor shunt yang dapat divariasikan dalam dua cara berbeda. Ini
termasuk memvariasikan jumlah arus disuplai ke medan shunt dan mengendalikan
jumlah arus dipasok ke dinamo. Pengendalian arus ke medan shunt memungkinkan
rpm yang akan diubah 10-20% ketika motor di rpm penuh.
Jenis regulasi kontrol kecepatan ini dicapai dengan sedikit meningkatkan atau
menurunkan tegangan yang diberikan ke lapangan. Angker terus memiliki tegangan
penuh diterapkan untuk itu sedangkan saat ini ke medan shunt diatur oleh
rheostat yang terhubung secara seri dengan medan shunt. Ketika arus medan shunt
yang menurun, rpm motor akan meningkat sedikit. Ketika arus medan shunt yang
berkurang, angker harus berputar lebih cepat untuk menghasilkan jumlah yang
sama EMF kembali untuk menjaga balik beban. Jika arus medan shunt meningkat
sedikit, angker dapat berputar pada rpm lebih lambat dan mempertahankan jumlah
EMF kembali untuk menghasilkan arus dinamo untuk menggerakkan beban. Bidang
saat ini dapat disesuaikan dengan rheostat lapangan atau kontrol SCR saat ini.
Rpm motor shunt juga dapat dikontrol dengan mengatur tegangan yang diterapkan
pada dinamo motor. Ini berarti bahwa jika motor dioperasikan pada tegangan
kurang daripada yang ditampilkan pada Peringkat piring datanya, itu akan
berjalan kurang dari rpm penuh. Anda harus ingat bahwa efisiensi motor shunt
akan menurunkan secara drastis ketika dioperasikan di bawah tegangan dinilai.
Motor akan cenderung terlalu panas ketika dioperasikan di bawah tegangan penuh,
sehingga bermotor ventilasi harus disediakan. Anda juga harus menyadari bahwa
torsi motor berkurang bila dioperasikan di bawah level tegangan penuh.
Sejak angker menarik lebih banyak arus dari medan shunt, resistor kontrol jauh
lebih besar daripada yang digunakan untuk rheostat lapangan. Selama tahun 1950
dan 1960 SCRs digunakan untuk jenis kontrol saat ini. SCR mampu mengontrol arus
angker karena mampu mengendalikan beberapa ratus ampere. Pada Bab 11 kita
memberikan penjelasan mendalam dari drive motor DC.
Torsi
Karakteristik
Torsi angker yang meningkat dengan
kecepatan motor keuntungan karena fakta bahwa torsi motor shunt adalah
berbanding lurus dengan arus dinamo. Ketika motor mulai dan kecepatan sangat
rendah, motor memiliki torsi yang sangat sedikit. Setelah motor mencapai rpm
penuh, torsi berada pada potensi sepenuhnya. Bahkan, jika arus medan shunt
berkurang sedikit ketika motor di rpm penuh, rpm akan meningkat sedikit dan
torsi motor juga akan di-lipatan sedikit. Jenis kontrol otomatis membuat motor
shunt pilihan yang baik untuk aplikasi di mana kecepatan konstan diperlukan,
meskipun torsi akan sedikit berbeda karena perubahan beban. Gambar 2.3 menunjukkan kurva
torsi / kecepatan untuk motor shunt. Dari diagram ini Anda bisa melihat bahwa
kecepatan motor shunt tetap cukup konstan sepanjang rentang beban dan turun
sedikit ketika menggambar arus terbesar.
GAMBAR
2.3 Kurva yang menunjukkan arus
angker versus kecepatan dinamo untuk motor shunt. Perhatikan bahwa
kecepatan motor shunt hampir konstan.
Reversing
Rotation
Arah
putaran dari motor DC shunt dapat dibalik dengan mengubah polaritas kumparan
armature baik atau bidang gulungan. Pada aplikasi ini kumparan angker biasanya
berubah, seperti yang terjadi dengan motor seri. Gambar 12-16 menunjukkan
diagram listrik dari motor DC shunt tersambung ke depan dan membalikkan motor
starter. Anda harus menyadari bahwa terminal Fl dan F2 dari medan shunt
dihubungkan langsung ke power supply, dan terminal Al dan A2 dari gulungan
dinamo yang terhubung ke starter membalikkan.
Ketika FMS adalah energi, kontaknya menghubungkan memimpin Al ke terminal catu
daya positif dan memimpin A2 ke terminal catu daya negatif. Memimpin bermotor
Fl terhubung langsung ke terminal positif catu daya dan memimpin F2 terhubung
ke terminal negatif. Ketika motor adalah kabel dalam konfigurasi ini, akan
mulai berjalan ke arah depan.
Ketika RMS energi, kontaknya membalikkan kabel angker sehingga memimpin Al
dihubungkan ke terminal listrik negatif dan memimpin A2 dihubungkan ke terminal
positif catu daya. Sadapan lapangan yang terhubung langsung ke catu daya,
sehingga polaritas mereka tidak berubah. Karena polaritas dari lapangan
tersebut tetap sama dan polaritas angker telah dibalik, motor akan mulai
berputar pada arah sebaliknya. Bagian kontrol diagram menunjukkan bahwa ketika
kumparan diberi energi FMS, kumparan RMS dikunci.
Instalasi
motor shunt
Sebuah
motor shunt dapat diinstal dengan mudah. Motor umumnya digunakan dalam
belt-drive aplikasi. Ini berarti bahwa prosedur instalasi harus dipecah menjadi
dua bagian, yang meliputi instalasi mekanis dari motor dan beban, dan instalasi
kabel listrik dan kontrol.
Bila bagian mekanik instalasi selesai, penyelarasan poros motor dan poros beban
harus diperiksa. Jika pelurusan tidak benar, beban akan menyebabkan tekanan
berlebihan pada bantalan angker dan ada kemungkinan beban getar dan menyebabkan
kerusakan dan motor. Setelah keselarasan tersebut akan diperiksa, ketegangan
pada sabuk tersebut juga harus diuji. Sebagai aturan praktis, Anda harus
memiliki sekitar inci V2 ke 1/4 dari bermain di sabuk ketika itu adalah
benar dikencangkan.
Perangkat ketegangan Beberapa pengukuran yang tersedia untuk menentukan kapan
ikat pinggang yang dikencangkan dengan benar. Ketegangan sabuk juga dapat
dibandingkan dengan jumlah arus motor menarik. Motor harus instalasi listrik
yang selesai menggunakan metode ini.
Motor harus dimulai, dan jika menggambar terlalu banyak saat ini, ikat pinggang
harus melonggarkan sedikit tetapi tidak cukup untuk memungkinkan beban
tergelincir. Jika sabuk adalah tergelincir, dapat diperketat ke titik di mana
motor dapat mulai berhasil dan tidak menarik arus lebih dari rating.
Instalasi listrik dapat diselesaikan sebelum, sesudah, atau selama instalasi
mekanis. Langkah pertama dalam prosedur ini adalah untuk menemukan lapangan dan
lead angker di motor dan mempersiapkan mereka untuk koneksi lapangan. Jika
motor dihubungkan ke magnet atau manual di starter line, kawat kumparan medan
Fl dapat dihubungkan ke memimpin Al angker dan sebuah kabel interkoneksi, yang
akan digunakan untuk menghubungkan ini mengarah ke terminal Tl pada motor
starter. Memimpin F2 dapat dihubungkan ke memimpin A2 dan kawat kedua, yang
akan menghubungkan mengarah ke terminal bermotor T2 starter.
Ketika koneksi ini selesai, lapangan dan lead armature harus diganti kembali ke
motor dan kabel bidang penutup atau pelat bermotor akses harus diganti.
Berikutnya lead daya DC pasokan positif dan negatif harus terhubung ke starter
motor LI dan terminal L2, masing-masing.
Setelah semua kabel beban yang terhubung, perangkat percontohan apapun atau
sirkuit kontrol harus dipasang dan terhubung. Rangkaian kontrol harus diuji
dengan tegangan beban terputus dari motor. Jika rangkaian kontrol menggunakan
sumber daya yang sama seperti motor, rangkaian beban dapat diisolasi sehingga
motor tidak akan mencoba untuk memulai dengan cara melepas kabel di terminal L2
pada motor starter. Mengoperasikan rangkaian kontrol beberapa kali untuk
memastikan bahwa itu adalah kabel dengan benar dan berfungsi baik. Setelah Anda
sudah menguji rangkaian kontrol, timah bisa diganti ke terminal L2 starter
motor dan motor dapat dimulai dan diuji untuk beroperasi dengan baik. Pastikan
untuk memeriksa tegangan motor dan saat ini, selama dalam beban untuk
memastikan bahwa itu beroperasi dengan benar. Hal ini juga penting untuk
memeriksa suhu motor berkala sampai Anda puas motor beroperasi dengan benar.
Jika motor dihubungkan ke sirkuit membalikkan mulai starter atau pengurangan
tegangan, operasi mereka juga harus diuji. Anda mungkin perlu membaca materi
dalam Bagian 15.3.6 untuk sepenuhnya memahami operasi dari metode ini untuk
memulai motor menggunakan pengurangan tegangan metode. Jika motor tidak bekerja
dengan benar atau mengembangkan suatu kesalahan, prosedur pemecahan masalah
harus digunakan untuk menguji motor dan menemukan masalah.
Pemecah
masalah
Ketika motor shunt dc mengembangkan
suatu kesalahan, anda harus dapat menemukan masalah dengan cepat dan kembali
motor untuk layanan atau memilikinya diganti. Masalah yang paling mungkin
terjadi dengan motor shunt termasuk kehilangan tegangan suplai atau terbuka
baik shunt gulungan atau gulungan dinamo. Masalah lain mungkin timbul yang
menyebabkan motor untuk berjalan normal panas meskipun terus mendorong beban.
Motor akan menunjukkan gejala yang berbeda untuk masing-masing masalah, yang
akan membuat prosedur pemecahan masalah lebih mudah.
Ketika anda dipanggil untuk memecahkan masalah motor shunt, penting untuk
menentukan apakah masalah terjadi saat motor sedang berjalan atau ketika sedang
mencoba untuk memulai. Jika motor tidak akan mulai, anda harus mendengarkan
untuk melihat apakah motor bersenandung dan mencoba untuk memulai. Ketika
tegangan suplai telah terganggu karena sekring putus atau rangkaian kontrol
de-energized, motor tidak akan dapat menggambar apapun saat ini dan akan diam
ketika anda mencoba untuk memulainya. Anda juga dapat menentukan bahwa tegangan
suplai telah hilang dengan mengukur dengan voltmeter di terminal starter yang
li dan l2. Jika tegangan tidak hadir pada terminal beban, anda harus memeriksa
tegangan pada starter tl dan terminal t2. Jika tegangan hadir di sini tetapi
tidak pada terminal beban, ini menunjukkan bahwa motor starter adalah
de-energized atau rusak. Jika tegangan tidak hadir pada tl dan t2 terminal, ini
menunjukkan bahwa tegangan suplai telah hilang sebelum starter motor. Anda akan
perlu memeriksa sekering pasokan dan seluruh rangkaian pasokan untuk menemukan
kesalahan.
Jika motor mencoba untuk memulai dan hums keras, ini menunjukkan bahwa tegangan
suplai hadir. Masalah dalam hal ini adalah mungkin karena sebuah gulungan medan
terbuka atau gulungan dinamo. Bisa juga disebabkan oleh suplai tegangan terlalu
rendah.
Masalah kemungkinan besar akan terbuka di lapangan berliku karena terbuat dari
kecil-gauge kawat. Terbuka dapat terjadi jika gulungan medan menarik terlalu banyak
saat ini atau mengembangkan hubungan pendek antara isolasi dalam kumparan. Cara
terbaik untuk menguji lapangan adalah untuk menghilangkan tegangan suplai ke
motor dengan membuka pemutus atau de-energi starter motor. Pastikan untuk
menggunakan lockout ketika anda bekerja pada motor setelah disconnect
telah dibuka. Lockout adalah perangkat yang diletakkan di pegangan putuskan
setelah pegangan ditempatkan dalam posisi off, dan memungkinkan gembok untuk
ditempatkan di sekitarnya sehingga tidak dapat dihapus sampai teknisi telah
menyelesaikan pekerjaan di sirkuit. Jika lockout memiliki lubang tambahan,
gembok tambahan dapat ditempatkan di atasnya oleh teknisi lain yang juga
bekerja pada sistem ini. Hal ini memastikan bahwa kekuasaan tidak dapat
dikembalikan ke sistem sampai semua teknisi telah dihapus gembok mereka.
Lockout akan dijelaskan secara rinci dalam bab tentang kontrol motor kemudian
dalam teks ini.
Setelah listrik telah dihilangkan, terminal lapangan harus diisolasi dari
kumparan angker. Ini bisa dicapai dengan mencabut satu set lead mana medan dan
angker tersambung bersama-sama. Ingat bahwa medan dan angker tersambung secara
paralel dan jika mereka tidak terisolasi, tes kontinuitas anda akan menunjukkan
sirkuit selesai bahkan jika salah satu dari dua gulungan memiliki terbuka.
Bila anda memiliki kumparan medan yang diisolasi dari kumparan angker, anda
dapat melanjutkan dengan uji kontinuitas. Pastikan untuk menggunakan 1k rx atau
rx pengaturan 10k pada ohmmeter karena hambatan di bidang gulungan akan sangat
tinggi karena bidang gulungan mungkin luka dari beberapa ribu kaki kawat. Jika
tes menunjukkan gulungan medan gulungan medan yang baik, anda harus terus
menguji prosedur dan gulungan angker untuk kontinuitas.
Tes berliku angker mungkin menunjukkan bahwa terbuka suatu telah berkembang
dari kumparan terbakar terbuka atau dari masalah dengan kuas. Karena sikat
dapat menjadi bagian dari kesalahan, mereka harus secara visual diperiksa dan
diganti jika mereka dipakai atau tidak duduk dengan benar. Jika komutator juga
rusak, dinamo harus dihapus, sehingga komutator dapat ditolak pada mesin bubut.
Jika salah satu gulungan medan atau gulungan dinamo telah mengembangkan sebuah
sirkuit terbuka, motor akan harus dihapus dan diganti. Pada beberapa motor yang
lebih besar maka akan mungkin untuk mengubah angker dengan sendirinya bukan
menghapus dan mengganti motor keseluruhan. Jika motor beroperasi tapi menarik
yang berlebihan saat ini atau memanas, motor harus diuji untuk koil longgar
atau korslet. Kumparan medan mungkin cenderung lepas dan menyebabkan motor
bergetar dan terlalu panas, atau kumparan angker mungkin lepas dari slotnya dan
menimbulkan masalah. Jika motor terus terlalu panas atau beroperasi kira-kira,
motor harus dihapus dan dikirim ke toko pembangunan kembali bermotor sehingga
tes yang lebih mendalam dapat dilakukan untuk menemukan masalah sebelum motor
secara permanen rusak oleh panas.
2.2.3 Alat dan komponen yang digunakan
Jumlah Nama No.
Seri
Alat
1 DC Shunt Wound Machine EM-3330-1D
Or DC Multifunction Machine EM-3320-1B
1 Magnetic Power Brake Unit EM-3320-1A
1 Brake Controller EM-3320-1N
1 DC Power Supply Module EM-3310-1A
1 Three-phase Power Supply Module EM-3310-1B
1 Three-pole Current Limit Protection
Switch Module EM-3310-2A
1 Digital DCA Meter EM-3310-3A
1 Digital DCV Meter EM-3310-3B
1 Laboratory Table EM-3380-1A
1 Experimental Frame EM-3390-2B
Or Experimental Frame EM-3390-2A
1 Connecting Leads Holder EM-3390-1A
1 Coupling EM-3390-2A
1 Coupling Guard EM-3390-2B
1 Shaft End Guard EM-3390-2C
1 Connecting Leads Set EM-3390-3A
1
Safety
Bridging Plugs Set EM-3390-4A
2.2.4 Gambar Rangkaian
Gambar 2.4. Rangkain motor
DC penguatan paralel
Gambar 2.5. Koneksi motor
DC penguatan paralel
2.2.5
Prosuder Percobaan
Waspada:
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan tinggi!
jangan membuat atau modifikasi beberapa
koneksi dengan power
on kecuali jika ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera
tekan tombol
merah emergency off di Three-phase Power Supply
Module.
1.
Tempatkan DC Shunt
Wound Machine, Magnetic Power Brake Unit dan
Brake Controller di meja laboratorium.
2.
Secara mekanik hubungkan motor DC
Shunt Wound Machine kepada Magnetic Power
Brake Unit menggunakan sebuah gandengan (coupling).
3.
Kunci basis mesin
bersama menggunakan delta sekrup. Install Coupling Guard dan
the Shaft End Guard.
4.
Hubungkan Brake
Controller kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan kabel.
5.
Install perlengkapan yang diperlukan modul di rangka percobaan. Konstruksikan rangkaian
sesuai
dengan diagram rangkaian pada Gambar 2.1. dan diagram hubungan pada Gambar
2.2. Pastikan instruktur memeriksa rangkaian yang kamu
selesaikan.
6.
Tentukan skala/kalibrasi tampilan torque
Brake Controller ke 0 kg-m dengan menyetel nol tombol adj yang berlokasi di bagian belakang panel Magnetic
Power Brake Unit.
7.
Atur tombol V.
adj di DC
Power Supply Module ke posisi minimum.
8.
Secara berurut, hidupkan Brake
Controller, Magnetic Power Brake Unit, 3-P Current Limit Protection
Switch, Three-phase Power Supply
dan DC
Power Supply Module.
9.
Tekan tombol start di DC Power Supply Module.
10.
Di DC Power Supply Module, putar secara perlahan tombol V.
adj untuk menambah tegangan motor E sampai ke 220 Vdc.
11.
Operasikan Brake
Controller untuk
beroperasi di mode\closed
loop\constant torque
mode dan atur keluaran torque menjadi 0 kg-m.
12.
Catat nilai kecepatan
motor N (diperoleh
dari Brake Controller), arus motor I (diperoleh dari Digital
DCA meter),
dan tegangan motor E
(diperoleh dari digital DCV
meter) pada tabel 2.1.
13.
Operasikan Brake
Controller untuk
mengeluarkan pengereman. yaitu, lepaskan pengereman
dengan menekan tombol esc atau tombol back di Brake Controller.
14.
Ulang langkah 11 sampai 13 untuk t pengaturan torque lain yang terdaftar
pada tabel 2.1.
15.
Putar kembali secara perlahan tombol V.
adj di DC
Power Supply Module ke posisi
minimum.
16.
Secara berurut, matikan DC Power Supply Module, Three-phase Power Supply dan 3-P Current Limit Protection
Switch, Magnetic Power Brake
Unit dan Brake Controller.
17.
Gunakan hasil tabel 2.1 untuk membuat kurva N vs T di grafik Gambar 2.3.
18.
Gunakan hasil tabel 2.1 untuk membuat kurva I vs T di grafik Gambar
2.4.
2.2.6
Hasil
Percobaan
Tabel 2.1. Nilai Pengukuran dari I, E dan N
|
|
|
|
|
|
T (kg-m)
|
0
|
0.06
|
0.1
|
0.16
|
0.2
|
I (A)
|
0.37
|
0.88
|
1.33
|
1.94
|
2.39
|
E (V)
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
N (rpm)
|
1949
|
1980
|
1882
|
1836
|
1810
|
2500
|
|
|
|
Gambar 2.7. kurva I (A) vs T
2.2.7 Analisa Data
Ø Gambar 2.6. Kurva N vs T, menjelaskan bahwa N (rpm) atau kecepatan putaran motor berbanding terbalik dengan T (kg-m) atau torque. Semakin besar torque yang diberikan pada motor direct current shunt, semakin kecil N (rpm). Hal ini disebabkan apabila motor DC shunt diberikan T atau torque akan membebani kerja motor, sehingga rpm atau kecepatan putaran motor berkurang. Besarnya nilai yang berubah akibat penambahan T atau torque dapat dilihat di kurva maupun tabel hasil percobaan.
Ø Gambar 2.7. Kurva I vs T, menjelaskan bahwa I (A) atau arus motor berbanding lurus dengan T atau torque. Semakin besar T atau torque yang diberikan pada motor DC shunt, semakin besar I (A) atau arus motor. Hal ini disebabkan apabila motor DC shunt diberikan T atau Torque akan membuat kerja motor semakin besar sehingga arus motor semakin besar. Besarnya nilai berubah akibat penambahan T atau torque dapat dilihat di kurva maupun tabel hasil percobaan.
2.2.8 Kesimpulan
Motor DC Shunt pada saat awal start kecepatan putarannya laju, lambat laun akan menurun. Motor ini dapat digunakan untuk beban yang besar dengan catatan cukupa arus yang menggerakkannya.
PERCOBAAN III
KENDALI KECEPATAN
MOTOR DC CUMULATIVE-COMPOUND WOUND
2.3.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami cara mengendalikan kecepatan pada motor DC cumulative-compound wound.
2.3.2 Teori Dasar
Merupakan motor DC penguat sendiri yang medan statornya merupakan gabungan antara kumparan seri dan kumparan parallel. Pada kompon pendek, arus masukan akan terbagi 2 yaitu satu arus masuk ke medan start dan sebagian masuk ke medan seri.
Gambar motor DC kompon pendek adalah sbb:
Gambar 5.8 Rangkaian motor DC kompon pendek.
Persamaan arus tegangan
Dimana :
|
||
Ish =
|
Ish = arus medan
|
|
E = Vab+
|
Ia = arus armature
|
2.3.3 Alat dan komponen yang digunakan
Jumlah Nama No. seri Alat
1 DC Compound Wound Machine EM-3330-1F
Or DC Multifunction Machine EM-3320-1B
1 Magnetic Power Brake Unit EM-3320-1A
1 Brake Controller EM-3320-1N
1 DC Power Supply Module EM-3310-1A
1 Three-phase Power Supply Module EM-3310-1B
1 Three-pole Current Limit Protection Switch Module EM-3310-2A
1 DC Motor Field Regulator EM-3310-4B
2 Digital DCA Meter M-3310-3A
1 Digital DCV Meter EM-3310-3B
1 Laboratory Table EM-3380-1A
1 Experimental Frame EM-3390-2B
Or Experimental Frame EM-3390-2A
1 Connecting Leads Holder EM-3390-1A
1 Coupling EM-3390-2A
1 Coupling Guard EM-3390-2B
1 Shaft End Guard EM-3390-2C
1 Connecting Leads Set EM-3390-3A
1 Safety Bridging Plugs Set EM-3390-4A
2.3.4 Gambar Rangkaian
Gambar 3.1 Rangkaian pengatur kecepatan
motor DC cumulative-compound wound
Gambar 3.2 Koneksi pengatur kecepatan motor DC cumulative-compound wound
Waspada:
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan tinggi! jangan membuat atau modifikasi beberapa koneksi dengan power on kecuali jika ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera tekan tombol merah emergency off di Three-phase Power Supply Module.
1. Tempatkan DC Compound Wound Machine, Magnetic Power Brake Unit dan Brake Controller di meja laboratorium.
2. Secara mekanik hubungkan motor DC permanent magnet kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan sebuah gandengan (coupling).
3. Kunci basis mesin bersama menggunakan delta sekrup. Install Coupling Guard dan the Shaft End Guard.
4. Hubungkan Brake Controller kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan kabel.
5. Install perlengkapan yang diperlukan modul di rangka percobaan. Konstruksikan rangkaian sesuai dengan diagram rangkaian pada Gambar 6-3-1 dan diagram hubungan pada Gambar 6-3-2. Pastikan instruktur memeriksa rangkaian yang kamu selesaikan.
6. Tentukan skala/kalibrasi tampilan torque Brake Controller ke 0 kg-m dengan menyetel nol tombol adj yang berlokasi di bagian belakang panel Magnetic Power Brake Unit.
7. Di DC Power Supply Module, atur tombol V. adj ke posisi minimum. di DC Machine Starter, atur tombol Ω ke posisi 0 Ω.
8. Secara berurut, hidupkan Brake Controller, Magnetic Power Brake Unit, 3-P Current Limit Protection Switch, Three-phase Power Supply dan DC Power Supply Module.
9. Tekan tombol start di DC Power Supply Module.
10. Di DC Power Supply Module, putar secara perlahan tombol V. adj untuk menambah tegangan motor E sampai ke 220 Vdc.
11. Operasikan Brake Controller untuk beroperasi di mode\closed loop\constant torque mode dan atur keluaran torque menjadi 0.1 kg-m.
12. Catat nilai kecepatan motor N (diperoleh dari Brake Controller), arus motor I (diperoleh dari Digital DCA meter), arus medan motor If (diperoleh dari Digital DCA meter) dan tegangan motor E (diperoleh dari digital DCV meter) pada tabel 3.1.
13. Ulangi langkah 12 untuk tahanan medan lain yang terdaftar pada tabel 3.1.
14. Putar kembali secara perlahan tombol V. adj di DC Power Supply Module ke posisi minimum.
15. Operasikan Brake Controller untuk mengeluarkan pengereman. yaitu, lepaskan pengereman dengan menekan tombol esc atau tombol back di Brake Controller. Atur tombol di DC Motor Field Regulator ke posisi 0 Ω.
16. Secara berurut, matikan DC Power Supply Module, Three-phase Power Supply dan 3-P Current Limit Protection Switch, Magnetic Power Brake Unit dan Brake Controller.
17. Gunakan hasil tabel 3.1. untuk membuat kurva N vs R di grafik Gambar 3.3.
18. Gunakan hasil tabel 3.1. untuk membuat kurva If vs R di grafik Gambar 3.4
2.3.6 Hasil Percobaan
Tabel 3.1. Nilai Pengukuran dari I, If, E dan N (T=0.1 kg-m)
Ω
knob
|
0
|
200
|
400
|
600
|
800
|
1000
|
1300
|
1500
|
1800
|
2000
|
2200
|
I (A)
|
1.22
|
1.20
|
1.21
|
1.23
|
1.33
|
1.29
|
1.38
|
1.40
|
1.47
|
1.49
|
1.49
|
If (A)
|
0.16
|
0.14
|
6.12
|
0.11
|
0.10
|
0.09
|
0.08
|
0.08
|
0.07
|
0.06
|
0.06
|
E (V)
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
220
|
N(rpm)
|
1624
|
1708
|
1780
|
1855
|
1911
|
1962
|
2072
|
2139
|
2255
|
2285
|
2335
|
Gambar 3.3 Kurva N vs R
Gambar 3.4 Kurva If vs R
2.3.7 Analisa Data
Ø Gambar 3.3 Kurva N vs R motor DC compound, semakin besar hambatan (R) maka semakin besar kecepatan putaran motor (N). Hal ini disebabkan pada rangkaian motor DC compound terdapat tahanan medan (Rf) yang diparalel dengan motor yang apabila tahanan tersebut diperbesar, maka arus yang masuk atau melewati tahanan (Rf) tersebut akan berkurang. Sehingga arus yang masuk ke motor akan bertambah, akibatnya kecepatan putaran motor (N) bertambah.
Ø Gambar 3.3 Kurva N vs R motor DC compound, semakin besar hambatan (R), semakin kecil arus medan (If). Hal ini disebabkan pada rangkaian motor DC compound terdapat tahanan medan (Rf) yang diparalel dengan motor yang apabila tahanan tersebut diperbesar, maka arus yang masuk atau melewati tahanan (Rf) tersebut akan berkurang.
2.3.8 Kesimpulan
Ø Kecepatan putaran Motor DC Compound dapat ditambah dengan mengatur nilai R Medan.
Ø Semakin besar tahanan R, semakin besar pula Arus Beban I (A) dan semakin kecil arus medan
PERCOBAAN IV
KENDALI KECEPATAN
MOTOR DC DIFFERENTIAL-COMPOUND WOUND
2.4.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan mengendalikan kecepatan pada motor DC differential-compound wound.
2.4.2 Teori Dasar
Merupakan motor DC penguat sendiri dan medan stator merupakangabungan antara kumparan seri dan kumparan shunt. Pada motor DC komponpanjang nilai arus yang masuk ke rotor sama dengan arus yang ada pada medanseri. Rangkaian motor DC kompon panjang sbb:
Gambar 4.1 Rangkaian mtr DC kompon Panjang
Persamaan arus tegangan
Dimana :
|
||
Ish =
|
Ish = arus medan
|
|
E = V+Ia(Ra+Rs)
|
Ia = arus armature
Ra = hambatan rotor
Rsh = hambatan shunt
|
2.4.3 Alat dan komponen yang digunakan
Jumlah Nama No. seri Alat
1 DC Compound Wound Machine EM-3330-1F
Or DC Multifunction Machine EM-3320-1B
1 Magnetic Power Brake Unit EM-3320-1A
1 Brake Controller EM-3320-1N
1 DC Power Supply Module EM-3310-1A
1 Three-phase Power Supply Module EM-3310-1B
1 Three-pole Current Limit Protection Switch Module EM-3310-2A
1 DC Motor Field Regulator EM-3310-4B
2 Digital DCA Meter EM-3310-3A
1 Digital DCV Meter EM-3310-3B
1 Laboratory Table EM-3380-1A
1 Experimental Frame EM-3390-2B
Or Experimental Frame EM-3390-2A
1 Connecting Leads Holder EM-3390-1A
1 Coupling EM-3390-2A
1 Coupling Guard EM-3390-2B
1 Shaft End Guard EM-3390-2C
1 Connecting Leads Set EM-3390-3A
1 Safety Bridging Plugs Set EM-3390-4A
2.4.4 Gambar Rangkaian
Gambar 4.2 Rangkaian motor DC differential-compound wound
Gambar 4.3 Koneksi motor DC differential-compound wound
Waspada:
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan tinggi! jangan membuat atau modifikasi beberapa koneksi dengan power on kecuali jika ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera tekan tombol merah emergency off di Three-phase Power Supply Module.
1. Tempatkan DC Compound Wound Machine, Magnetic Power Brake Unit dan Brake Controller di meja laboratorium.
2. Secara mekanik hubungkan motor DC permanent magnet kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan sebuah gandengan (coupling).
3. Kunci basis mesin bersama menggunakan delta sekrup. Install Coupling Guard dan the Shaft End Guard.
4. Hubungkan Brake Controller kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan kabel.
5. Install perlengkapan yang diperlukan modul di rangka percobaan. Konstruksikan rangkaian sesuai dengan diagram rangkaian pada Gambar 4.2. dan diagram hubungan pada Gambar 4.3. Pastikan instruktur memeriksa rangkaian yang kamu selesaikan.
6. Tentukan skala/kalibrasi tampilan torque Brake Controller ke 0 kg-m dengan menyetel nol tombol adj yang berlokasi di bagian belakang panel Magnetic Power Brake Unit.
7. Di DC Power Supply Module, atur tombol V. adj ke posisi minimum. di DC Machine Starter, atur tombol Ω ke posisi 0Ω.
8. Secara berurut, hidupkan Brake Controller, Magnetic Power Brake Unit, 3-P Current Limit Protection Switch, Three-phase Power Supply dan DC Power Supply Module.
9. Tekan tombol start di DC Power Supply Module.
10. Di DC Power Supply Module, putar secara perlahan tombol V. adj untuk menambah tegangan motor E sampai ke 220 Vdc.
11. Operasikan Brake Controller untuk beroperasi di mode\closed loop\constant torque mode dan atur keluaran torque menjadi 0.1 kg-m.
12. Catat nilai kecepatan motor N (diperoleh dari Brake Controller), arus motor I (diperoleh dari Digital DCA meter), arus medan motor If (diperoleh dari Digital DCA meter) dan tegangan motor E (diperoleh dari digital DCV meter) pada tabel 4.1.
13. Ulangi langkah 12 untuk tahanan medan lain yang terdaftar pada tabel 4.1.
14. Putar kembali secara perlahan tombol V. adj di DC Power Supply Module ke posisi minimum.
15. Operasikan Brake Controller untuk mengeluarkan pengereman. yaitu, lepaskan pengereman dengan menekan tombol esc atau tombol back di Brake Controller. Atur tombol di DC Motor Field Regulator ke posisi 0 Ω.
16. Secara berurut, matikan DC Power Supply Module, Three-phase Power Supply dan 3-P Current Limit Protection Switch, Magnetic Power Brake Unit dan Brake Controller.
17. Gunakan hasil tabel 4.1. untuk membuat kurva N vs R di grafik Gambar 4.5.
18. Gunakan hasil tabel 4.1. untuk membuat kurva If vs R di grafik Gambar 4.6.
2.4.6 Hasil Percobaan
Tabel 4.1. Nilai Pengukuran dari I, If, E dan N (T=0.1 kg-m)
Ω
knob
|
0
|
200
|
400
|
600
|
800
|
1000
|
1300
|
1500
|
I (A)
|
0.36
|
2.49
|
3.66
|
3.77
|
1.44
|
2.52
|
2.49
|
3.49
|
If (A)
|
0.15
|
0.13
|
0.12
|
0.10
|
0.10
|
0.09
|
0.08
|
0.03
|
E (V)
|
221
|
222
|
221
|
220
|
220
|
221
|
221
|
221
|
N (rpm)
|
1778
|
1882
|
2072
|
2349
|
2187
|
2334
|
2661
|
2644
|
Gambar 4.5 Kurva N vs R
Gambar 4.6 Kurva If vs R
2.4.7 Analisa Data
Ø Gambar 4.5 Kurva N vs R motor DC compound, semakin besar hambatan (R) maka semakin besar kecepatan putaran motor (N). Hal ini disebabkan pada rangkaian motor DC compound terdapat tahanan medan (Rf) yang diparalel dengan motor yang apabila tahanan tersebut diperbesar, maka arus yang masuk atau melewati tahanan (Rf) tersebut akan berkurang.
Ø Gambar 4.6 Kurva N vs R motor DC compound, semakin besar hambatan (R), semakin kecil arus medan (If). Hal ini disebabkan pada rangkaian motor DC compound terdapat tahanan medan (Rf) yang diparalel dengan motor yang apabila tahanan tersebut diperbesar, maka arus yang masuk atau melewati tahanan (Rf) tersebut akan berkurang.
2.4.8 Kesimpulan
Ø Kecepatan putaran Motor DC Compound dapat ditambah dengan mengatur nilai R Medan.
Ø Semakin besar tahanan R, semakin besar pula Arus Beban I (A) dan semakin kecil arus medan
PERCOBAAN V
KARAKTERISTIK KEKUATAN DAN KECEPATAN PUTARAN MOTOR INDUKSI DENGAN GULUNGAN STARTING TIPE SPLIT-FASE
2.5.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan menunjukkan karakteristik kekuatan dan kecepatan putaran pada motor Alternating Current (AC) induksi satu fase yang menggunakan gulungan starting tipe split-fase.
2.5.2 Teori Dasar
Motor fase belah terdiri atas kumparan stator yaitu kumparan utama dan kumparan bantu. Antara utama dan kumparan bantu arus 90 derajat listrik dibawah ini adalah gambar motor fase sebelah:
Gambar 5.1. Motor Fase Sebelah
Motor split-tahap ini juga dikenal sebagai induksi start / jalankan motor induksi. Ia memiliki dua gulungan memulai dan berliku utama. Awal berliku dibuat dengan lebih kecil kabel mengukur dan ternyata lebih sedikit, relative terhadap utama berliku untuk menciptakan lebih banyak perlawanan. Sehingga menempatkan memulai berkelok-kelok lapangan pada sudut yang berbeda dibandingkan dengan utama belitan yang menyebabkan motor mulai berputar. Itu utama berkelok-kelok, yang merupakan kawat berat, menjaga motor menjalankan sisa waktu. Dibawah ini adalah gambar dari rangkaian motor fase sebelah:
Gambar 5.2 Rangkaian motor Fase Sebelah
Torsi mulai rendah, biasanya 100% menjadi 175% dari rate torsi. Motor mearik tinggi mulai saat ini, sekitar 700% menjadi 1.000% dari nilai arus. Itu torsi maksimum yang dihasilkan berkisar 250% sampai 350% dari torsi rate (lihat gambar 5.2 untuk torsi-kecepatan kurva). Baik untuk aplikasi motor split-fase termasuk kecil penggiling. Kipas kecil dan blower dan rendah lainnya mulai torsi aplikasi dengan kebutuhan daya dai 1/201/3 hp. Hindari menggunakan jenis motor di setiap motor di setiap aplikasi membutuhkan tinggi pada/siklus harga off atau torsi tinggi.
2.5.3 Alat dan Komponen yang digunakan
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Nama
Single-phase induction motor
Magnetic Power brake unit
Brake controller
Three-phase power supply module
Three-pole current limit protection switch module
Digital power analysis meter
Or digital ACA meter
Digital three-phase watt meter
Digital power factor meter
Coupling
Coupling guard
Shaft end guard
Laboratory tabel
Experimental frame
Or Experimental frame
Connecting leads holder
Connecting leads set
Safety Bridging plugs set
|
No. Seri Alat
EM-3330-1C
EM-3320-1A
EM-3310-1N
EM-3310-1B
EM-3310-2A
EM-3310-3H
EM-3310-3C
EM-3310-3E
EM-3310-3F
EM-3390-2A
EM-3390-2B
EM-3390-2C
EM-3380-1A
EM-3380-2B
EM-3380-2A
EM-3390-1A
EM-3390-3A
EM-3390-4A
|
2.5.4 Gambar Rangkaian
Gambar 5.3. Rangkaian motor induksi satu fase
yang menggunakan gulungan starting tipe split-fase
Gambar 5.4. Koneksi motor induksi satu fase
yang menggunakan gulungan starting tipe split-fase
Waspada :
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan tinggi! jangan membuat atau modifikasi beberapa koneksi dengan power on kecuali jika ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera tekan tombol merah emergency off di Three-phase Power Supply Module.
1. Tempatkan Single phase induction motor, Magnetic power brake unit dan Brake Controller di meja laboratorium.
2. Secara mekanik hubungkan motor DC Shunt Wound Machine kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan sebuah gandengan (coupling).
3. Kunci basis mesin bersama menggunakan delta sekrup. Rangkai Coupling Guard dan the Shaft End Guard.
4. Hubungkan Brake Controller kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan kabel.
5. Rangkai perlengkapan yang diperlukan modul di rangka Percobaan. Konstruksikan Rangkaian sesuai dengan diagram Rangkaian pada gambar 5.1. dan diagram hubungan pada gambar 5.2. Pastikan instruktur memeriksa Rangkaian yang kamu selesaikan.
6. Tentukan skala/kalibrasi tampilan torque Brake Controller ke 0 kg-m dengan menyetel nol tombol adj yang berlokasi di bagian belakang panel Magnetic Power Brake Unit.
7. Secara berurut, hidupkan Brake Controller, Magnetic Power Brake Unit, 3-P Current Limit Protection Switch, Three-phase Power Supply dan DC Power Supply Module, Motor harus segera berjalan. Pada saat ini saklar sentrifugal harus diaktifkan. Jika tidak, matikan segera dan memeriksa ulang sirkuit
8. Operasikan brake controller untuk beroperasi dalam mode \ closed loop \ torsi konstan dan mengatur torsi output ke 0 kg-m. jika controller tidak beroperasi secara normal, reboot dengan menekan tombol reset. Jika rotor terkunci oleh torsi rem berat, melepaskan pengereman dengan menekan esc atau tombol back.
9. Catat nilai-nilai daya motor P, arus motor I, cos θ faktor daya, dan kecepatan motor N ditampilkan oleh digital power analysis meter dalam tabel 5.1.
10. Operasikan brake controller untuk melepaskan pengereman. Artinya, melepaskan pengereman dengan menekan tombol esc atau back pada brake controller.
11. Ulangi langkah 8 sampai 10 untuk pengaturan torsi lainnya yang tercantum dalam tabel 5.1.
12. Secara berurut, matikan DC Power Supply Module, Three-phase Power Supply dan 3-P Current Limit Protection Switch, Magnetic Power Brake Unit dan Brake Controller.
13. Gunakan hasil tabel 5.1 untuk membuat kurva T vs N di grafik gambar 5.3.
2.5.6 Hasil Percobaan
Tabel 5.1. Nilai Pengukuran dari I, E dan N
T (kg-m)
|
0
|
0.06
|
0.1
|
0.16
|
0.2
|
P (W)
|
0.100
|
0.197
|
0.255
|
0.385
|
0.403
|
I (A)
|
0.400
|
0.490
|
0.541
|
0.682
|
0.715
|
Cos θ
|
0.340
|
0.592
|
0.700
|
0.839
|
0.855
|
N (rpm)
|
1496
|
1480
|
1468
|
1440
|
1424
|
Gambar 5.5 Kurva N vs T
2.5.7 Analisa Data
Ø Gambar 5.5 Kurva N vs T motor induksi semakin besar torque (T) maka semakin kecil kecepatan putaran motor (N). Hal ini disebabkan apabila motor induksi diberikan beban T/torque, akan membuat kerja motor semakin berat sehingga kecepatan putaran motor menurun.
2.5.8 Kesimpulan
Semakin besar T (Torque), semakin kecil kecepatan putaran (RPM) motor induksi. Semakin besar Arus Beban (I (A)) motor induksi.
PERCOBAAN VI
WYE-DELTA STARTING
2.6.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan motor induksi tiga-fasa dengan rotor Wye atau delta.
2.6.2 Teori Dasar
Transformasi Resistansi Star – Delta (Υ−∆)
Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyata bukan merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel yang telah kita pelajari sebelumnya, maka jika rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau bintang atau rangkaian tipe Y, ataupun membentuk hubungan delta atau segitiga atau rangkaian tipe ∆, maka diperlukan transformasi baik dari star ke delta ataupun sebaliknya.
Rangkaian Resistansi Star (Υ) dan Delta (∆)
untuk melakukan transformasi Star (Υ) ke Delta (∆), menggunakan rumus:
atau sebaliknya untuk melakukan transformasi Delta (∆) ke Star (Υ), menggunakan rumus:
2.6.3 Alat dan Komponen yang digunakan
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Nama
Three-phase squirrel cage motor
Three-phase power supply module
Three-pole current limit protection switch module
Y/∆ starting switch module
Digital power analysis meter
Or digital ACA meter
digital ACV meter
Digital power factor meter
Fuse set
Laboratory tabel
Experimental frame
Or Experimental frame
Connecting leads holder
Connecting leads set
Safety Bridging plugs set
|
No. Seri Alat
EM-3330-3A
EM-3310-1B
EM-3310-2A
EM-3310-2D
EM-3310-3H
EM-3310-3C
EM-3310-3D
EM-3310-3F
EM-3310-5B
EM-3380-1A
EM-3380-2B
EM-3380-2A
EM-3390-1A
EM-3390-3A
EM-3380-4A
|
2.6.4 Gambar Rangkaian
Gambar 6.1. Rangkaian motor induksi tiga-fasa dengan rotor Wye atau delta
Gambar 6.2. Koneksi motor induksi tiga-fasa dengan rotor Wye atau delta
Waspada:
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan tinggi! jangan membuat atau modifikasi beberapa koneksi dengan power on kecuali jika ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera tekan tombol merah emergency off di Three-phase Power Supply Module.
1. Instali modul yang diperlukan dalam Rangkaian praktikum. Tempatkan rotor motor tiga fasa ke meja laboratorium. lengkapi sirkuit sesuai dengan diagram Rangkaian pada gambar 6.1. dan diagram sambungan pada gambar 6.2. Pastikan instruktur memeriksa Rangkaian yang kamu selesaikan.
2. Setel saklar start di Y / Δ mulai beralih ke modul 1 (Y) posisi. Tekan I (ON) tombol tekan pada three-phase power supply module untuk memulai motor di Wye
3. Catat arus motor I, tegangan motor E, dan factor daya cos θ dari nilai yang ditampilkan oleh digital power analysis pada tabel 6.1. kemudian matikan three-phase power supply.
4. Setel saklar start di Y / Δ mulai beralih ke modul (Δ) 2 posisi. Nyalakan Three-phase power supply untuk memulai pada delta motor.
5. Catat arus motor I, tegangan motor E, dan factor daya cos θ dari nilai yang ditampilkan oleh digital power analysis pada tabel 12-2-1.
6. Matikan three-phase power supply.
2.6.6 Hasil Percobaan
Tabel 6.1 Nilai yang terukur I, E, dan cos θ
I
(A)
|
E
(V)
|
Cos
θ
|
||
Wye
|
Starting
|
0.585
|
196.4
|
0.799
|
Running
|
0.276
|
228.9
|
0.294
|
|
Delta
|
Starting
|
1.761
|
085.4
|
0.887
|
Running
|
0.894
|
228.3
|
0.207
|
Keadaan
|
Y
|
Δ
|
START
|
a.
membutuhkan arus yg kecil
b.
tegangan rendah
c.
faktor daya kecil
|
a.
butuh arus yang besar
b.
tegangan tinggi
c faktor daya besar
|
RUNING
|
a.
butuh arus kecil
b.
tegangan besar
c.
faktor daya kecil
|
a.
butuh arus besar
b.
tegangan kecil
c.faktor
daya besar
|
2.6.8 Kesimpulan
· Motor 3 fasa dihubung wye starting membuthkan arus yg kecil, tegangan rendah, faktor daya kecil. Running membutujkan arus yang kecil, teg yang besar, faktor dayay kecil. Baik digunakan untuk beban yang tidak membutuhkan starting yang bear dan lebih hemat karena arusnya kecil.
· Motor 3 fasa dihubuung delta starting membutuhkan arus yang besar, tegangan tinggi, faktor daya besar. Running membutuhkan arus yang besar, tegangan kecil, faktor daya besar. Baik digunakan untuk beban yang membutuhkan starting yang besar karena arus startingnya besar. Namun lebih mahal pemakaian listriknya.
PERCOBAAN VII
TES BLOCKED-ROTOR
2.7.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan menunjukkan karakteristik motor induksi tiga fase yang sedang diblokir rotornya.
2.7.2 Teori Dasar
Seperti tes arus pendek pada transformator, tes Diblokir-Rotor pada motor induksi memberikan informasi sehubungan dengan impedansi kebocoran. Rotor diblokir sehingga tidak bisa berputar (maka slip sama dengan kesatuan), dan tegangan polyphase seimbang diterapkan pada terminal stator.
Dalam beberapa kasus, torsi diblokir-rotor juga diukur. Rangkaian setara untuk diblokir-rotor kondisi identik dengan sebuah transformator hubung singkat. Sebuah motor induksi lebih rumit dari transformator, namun, karena impedansi kebocoran dapat dipengaruhi oleh saturasi magnetik dari kebocoran fluks-jalan dan dengan frekuensi rotor. Impedansi diblokir-rotor juga dapat dipengaruhi oleh posisi rotor, meskipun efek ini umumnya kecil dengan tupai-kandang rotor. Prinsip adalah bahwa tes diblokir-rotor harus dilakukan di bawah kondisi dimana frekuensi saat ini dan rotor sekitar sama dengan yang di mesin pada kondisi operasi yang kinerja yang kemudian dihitung. Sebagai contoh, jika ada yang tertarik dalam karakteristik di slip dekat kesatuan, seperti di awal, tes diblokir-rotor harus diambil pada frekuensi normal dan dekat dengan arus nilai-nilai yang dihadapi dalam memulai. Namun, jika seseorang tertarik pada karakteristik berjalan normal, uji diblokir-rotor harus diambil pada tegangan berkurang yang mengakibatkan sekitar dinilai saat ini, frekuensi juga harus dikurangi, karena nilai resistansi rotor efektif dan induktansi kebocoran pada frekuensi rotor rendah sesuai dengan slip kecil mungkin berbeda lumayan dari nilai-nilai mereka pada frekuensi normal, terutama dengan rotor ganda kandang atau mendalam-bar.
Reaktansi total kebocoran pada frekuensi normal dapat diperoleh dari nilai tes dengan mempertimbangkan reaktansi harus proporsional dengan frekuensi. Efek dari frekuensi sering diabaikan untuk motor normal kurang dari 25-hp rating, dan impedansi diblokir maka dapat diukur secara langsung pada frekuensi normal. Pentingnya menjaga arus tes dekat nilai mereka dinilai berasal dari kenyataan bahwa reactances kebocoran sangat dipengaruhi oleh kejenuhan. Berdasarkan diblokir-rotor pengukuran, reaktansi diblokir-rotor dapat ditemukan dari kekuatan diblokir-rotor reaktif
dimana
adalah kekuatan diblokir-rotor Total jelas. Reaktansi diblokir-rotor, dikoreksi frekuensi dinilai, maka dapat dihitung sebagai
Hambatan diblokir-rotor dapat dihitung dari daya masukan diblokir-rotor sebagai
Setelah parameter telah ditentukan, parameter rangkaian ekivalen dapat ditentukan. Di bawah diblokir-rotor kondisi, sebuah ekspresi untuk impedansi input stator dapat diperoleh (dengan s = 1) sebagai
Di sini kita telah mengasumsikan bahwa reactances berada pada rate frekuensi mereka nilai. Membuat perkiraan yang sesuai (misalnya, dengan asumsi ),
Dengan demikian perlawanan jelas diblokir di bawah-kondisi rotor diberikan oleh
dan jelas di rate frekuensi diblokir-rotor reaktansi oleh
Reaktansi bocor rotor X ₂ dan resistansi R ₂ dapat ditemukan sebagai
Untuk mencapai akurasi maksimal seperti dengan tes tanpa beban, jika mungkin nilai resistansi stator harus diperbaiki dengan nilai yang sesuai dengan suhu tes diblokir-rotor. Demikian
Persamaan (xi) menyatakan reaktansi bocor rotor X ₂ dalam hal kuantitas terukur X dan X nl bl dan kebocoran reaktansi stator tidak diketahui X 1. Hal ini tidak mungkin untuk membuat pengukuran tambahan dari mana X 1 dan X 2 dapat ditentukan uniquely.Fortunately, kinerja dari motor dipengaruhi oleh relatif sedikit cara di mana reaktansi total kebocoran didistribusikan antara stator dan rotor. Jika kelas bermotor tidak diketahui, itu adalah umum untuk mengasumsikan bahwa X 1 dan X 2 adalah sama.
Setelah hubungan pecahan antara X 1 dan X 2 telah ditentukan, X 2 (dan karenanya X 1) dapat ditemukan dalam hal X dan X nl bl dengan memecahkan persamaan kuadrat yang dihasilkan. Reaktansi magnetizing X m maka dapat ditentukan.
Akhirnya, dengan menggunakan perlawanan stator dikenal dan nilai-nilai X dan X 2 m yang sekarang dikenal, resistansi rotor R 2 sekarang dapat ditentukan.
2.7.3 Alat dan Komponen yang digunakan
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Nama
Three-phase rotor wending motor
Magnetic Power brake unit
Brake controller
Three-phase power supply module
3Φ AC/DC power supply
Three-pole current limit protection switch module
Four-pole switch module
Digital power analysis meter
Or digital ACA meter
Digital ACV meter
Digital three-phase watt meter
Digital power factor meter
Fuse set
Laboratory tabel
Experimental frame
Or Experimental frame
Connecting leads holder
Connecting leads set
Safety Bridging plugs set
|
No. Seri Alat
EM-3330-3B
EM-3320-1A
EM-3310-1N
EM-3310-1B
EM-3310-1D
EM-3310-2A
EM-3310-2B
EM-3310-3H
EM-3310-3C
EM-3310-3D
EM-3310-3E
EM-3310-3F
EM-3310-5B
EM-3380-1A
EM-3380-2B
EM-3380-2A
EM-3390-1A
EM-3390-3A
EM-3380-4A
|
Gambar 7.1. Rangkain bloked rotor pada motor induksi
Gambar 7.2. Koneksi bloked rotor pada motor induksi
Waspada:
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan tinggi! jangan membuat atau modifikasi beberapa koneksi dengan power on kecuali jika ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera tekan tombol merah emergency off di Three-phase Power Supply Module.
1. Tempatkan three-phase rotor winding motor, Magnetic Power brake unit, Brake controller dan 3Φ AC/DC power supply di meja laboratorium.
2. Secara mekanik hubungkan motor DC permanent-magnet kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan sebuah gandengan (coupling).
3. Kunci basis mesin bersama menggunakan delta sekrup. Rangkai Coupling Guard dan the Shaft End Guard.
4. Hubungkan Brake Controller kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan kabel.
5. Rangkai perlengkapan yang diperlukan modul di rangka Percobaan. Konstruksikan Rangkaian sesuai dengan diagram Rangkaian pada gambar 7.1. dan diagram hubungan pada gambar 7.2. Pastikan instruktur memeriksa Rangkaian yang kamu selesaikan.
6. Tentukan skala/kalibrasi tampilan torque Brake Controller ke 0 kg-m dengan menyetel nol tombol adj yang berlokasi di bagian belakang panel Magnetic Power Brake Unit.
7. Setel saklar on-off pada empat tiang modul saklar ke posisi OFF. Atur tombol kontrol tegangan pada pasokan AC / DC power 3Φ ke posisi 0. Berurutan menyalakan brake controller, magnetic Power brake unit, 3-P current limit protection switch, three-phase power supply, and 3Φ AC/DC power supply modules
8. Operasikan brake controller untuk beroperasi dalam mode \ Open loop \ mode Manual dan mengatur tegangan output ke 7V
9. Tekan I (ON) tombol tekan pada three-phase power supply. Setel saklar on-off pada empat tiang modul beralih ke posisi untuk memulai motor di delta
10. Pada 3Φ AC/DC power supply, perlahan-lahan putar kenop kontrol tegangan searah jarum jam sehingga arus motor I adalah sama dengan nilai rated 2,0 A.
11. Catat arus motor I, tegangan motor E, daya motor P, dan faktor daya cos θ oleh nilai yang ditampilkan digital power analysis meter pada tabel 7.1.
12. Operasikan brake controller untuk melepaskan pengereman. Artinya, melepaskan pengereman dengan menekan tombol esc atau back pada brake controller
13. Berurutan mematikan four-pole switch, 3Φ AC/DC power supply, three-phase power supply, and 3-P current limit protection switch modules, Magnetic Power brake unit, Brake controller.
2.7.6 Hasil Percobaan
Tabel 7.1. Nilai yang terukur I, E, dan cos θ
I
(A)
|
P
(W)
|
E
(V)
|
Cos
θ
|
2.0
|
0.067
|
87.6
|
0.667
|
2.7.7 Analisa Data
Pada percobaan TES BLOCKED-ROTOR output brake controller diset 7V. Sehingga rotor pada motor terkunci atau terblock. Arus beban motor sebesar 2 A, dayanya 0.667 Watt, tegangan 87.6 Volt. Setelah BRAKE CONTROLLER di ESC, maka motor berputar.
2.7.8 Kesimpulan
Motor dapat diblock atau dikunci menggunakan BRAKE CONTROLLER.
PERCOBAAN VIII
KARAKTERISTIK MOTOR TIGA FASE POLE SYNCHRONOUS
PADA KONDISI BEBAN
2.8.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu memahami dan menunjukkan karakteristik operasi dari motor tiga fase pole synchronous pada kondisi beban.
2.8.2 Teori Dasar
Prinsip Kerja Motor Sinkron
Pada bagian stator dicatu dengan sumber tegangan AC. Hal ini supaya pada stator menghasilkan medan putar. Sedangkan pada bagian rotor dicatu ke sumber DC agar menghasilkan medan magnet yang konstan. Antara rotor dengan sumber tegangan DCdihubungkan oleh slip ring dan brush. Slip ring dan brush berfungsi untuk menghantarkanarus DC ke rotor. Pada bagian rotor mengalir arus DC, arus ini akan melewati medan magnet putar pada stator. Sehingga dengan menggunakan aturan rangan kanan, akan muncul F(gaya) yang memutar rotor. Kutub medan rotor yang diberi penguat arus searah (DC)mendapatkan tarikan dari kutub medan putar stator, sehingga rotor akan berputar dengankecepatan yang sama dengan kecepatan medan putar pada stator (sinkron).
•Starting Motor Sinkron
Untuk mengetahui bagaimana starting pada motor sinkron, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pada Gambar 3.1 menunjukkan sebuah motor sinkron pada saat power dialirkan padakumparan ststor. Rotor dalam keadaan tetap/ tidak berubah, sehingga medan magnet pada rotor BRtetap pula. Medan magnet stator BS mulai timbul pada motor dengankecepatan sinkron. Gambar 3.1a menunjukkan keadaan motor saat t=0s. Posisi BR
Dan BS dalam keadaan sejajar. Dengan menggunakan persamaan dibawah ini,maka
torsi yang diinduksikan pada batang rotor samadengan 0 (nol). Gambar 3.1bmenunjukkan keadaan pada saat t=1/240 s. Keadaan rotor nyaris akan bergerak, tetapimedan magnet pada stator menunjuk ke kiri. Dengan menggunakan persamaan di atas,torsi pada batang rotor berputar counterclockwise. Gambar 3.1c menunjukkan keadaan pada saat t=2/240 s. Pada kondisi ini, BRdan BS berada pada posisi yang berlawanan,sehingga torsi akan kembali bernilai 0 (nol). Saat t= 3/240 s, posisi medan magnet stator menunjuk ke kanan, sehingga arah torsi sekarang menjadi
clockwise . Ketika t=4/240 s,medan magnet stator kembali sejajar dengan medan magnet rotor, sehingga torsi=0.Selama satu siklus elektrik, torsi pertama kali counterclockwise dan kemudianclockwise, dan torsi rata-rata selama siklus lengkap adalah 0 (nol). Hal inimengakibatkan motor bergetar dan selanjutnya motor akan menjadi panas. Jika hal initerus menerus terjadi, maka motor akan terbakar. Sehingga ada 3 cara untuk startingmotor sinkron secara aman :
1.Mengurangi kecepatan putar pada medan magnet stator, sehingga rotor dapatmelakukan percepatan dan ‘lock in’ dengan kecepatan medan magnet stator selama satu setengah siklus rotasi medan magnet. Hal ini dapat dilakukandengan mengurangi frekuensi yang di terapkan tenaga listrik.
2.Menggunakan eksternal prime mover untuk mempercepat motor sinkronmencapai kecepatan sinkron. Dengan menggunakan prosedur paralel, jadikanlah motor tersebut berfungsi layaknya generator. Lalu putuskanlahsambungan dari prime mover, sehingga mesin tersebut akan menjadi motor sinkron.3.Menggunakan gulungan peredam atau gulungan amortisseur.
2.8.2 Alat dan Komponen yang digunakan
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Nama
Three-phase salient pole synchronous machine
Magnetic Power brake unit
Brake controller
Three-phase power supply module
Synchronous machine exciter
Three-pole current limit protection switch module
Four-pole switch module
digital DCA meter
Digital DCV meter
Digital power analysis meter
Or digital ACA meter
Digital ACV meter
Digital power factor meter
Laboratory tabel
Experimental frame
Or Experimental frame
Connecting leads holder
Coupling
Coupling guard
Shaft end guard
Connecting leads set
Safety Bridging plugs set
|
No. Seri Alat
EM-3330-3A
EM-3320-1A
EM-3310-1N
EM-3310-1B
EM-3310-1C
EM-3310-2A
EM-3310-2B
EM-3310-3A
EM-3310-3B
EM-3310-3H
EM-3310-3C
EM-3310-3D
EM-3310-3F
EM-3380-1A
EM-3380-2B
EM-3380-2A
EM-3390-1A
EM-3390-2A
EM-3390-2B
EM-3390-2C
EM-3390-3A
EM-3380-4A
|
Gambar 8.1 Rangkain motor tiga fase pole synchronous
Gambar 8.2 Koneksi motor tiga fase pole synchronous
Waspada:
Praktikum dilaboratorium ini menggunakan Tegangan tinggi! jangan membuat atau modifikasi beberapa koneksi dengan power on kecuali jika ditetapkan! bila ada bahaya terjadi, segera tekan tombol merah emergency off di Three-phase Power Supply Module.
1. Tempatkan three-phase salient pole synchronous machine, Magnetic Power brake unit, and Brake controller di meja laboratorium.
2. Secara mekanik hubungkan motor DC permanent-magnet kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan sebuah gandengan (coupling).
3. Kunci basis mesin bersama menggunakan delta sekrup. Rangkai Coupling Guard dan the Shaft End Guard.
4. Hubungkan Brake Controller kepada Magnetic Power Brake Unit menggunakan kabel.
5. Rangkai perlengkapan yang diperlukan modul di rangka Percobaan. Konstruksikan Rangkaian sesuai dengan diagram Rangkaian pada gambar 8.1. dan diagram hubungan pada gambar 8.2. Pastikan instruktur memeriksa Rangkaian yang kamu selesaikan
6. Tentukan skala/kalibrasi tampilan torque Brake Controller ke 0 kg-m dengan menyetel nol tombol adj yang berlokasi di bagian belakang panel Magnetic Power Brake Unit.
7. Pada four-pole switch module, mengatur posisi on
8. On synchronous machine exciter module, setel kenop kontrol tegangan ke posisi 0
9. Berurutan menyalakan brake controller, Magnetic Power brake unit, 3-P current limit protection switch, three-phase power supply, and synchronous machine exciter modules
10. Perlahan putar knop kontrol tegangan pada synchronous machine exciter sehingga arus medan If (diperoleh dari digital DCA Meter) sama dengan 0,4 A. Kemudian matikan synchronous machine exciter.
11. Tahan tombol sinkronisasi pada panel three-phase salient pole synchronous machine. Nyalakan synchronous machine exciter. Setel saklar on-off pada four-pole switch module dengan posisi on
12. Setelah sekitar 5 detik, lepaskan tombol sinkronisasi pada three-phase salient pole synchronous machine. Motor harus berputar pada kecepatan pengenal 1.800 rpm selama 60-Hz daya (1.500 rpm selama 50-Hz daya)
13. Operasikan brake controller untuk beroperasi dalam mode \ closed loop \ torsi konstan dan mengatur torsi output untuk masing-masing pengaturan torsi tercantum dalam tabel 8.1. Jika controller tidak beroperasi dengan normal, reboot dengan menekan tombol reset.
14. Catat arus motor I, tegangan motor E, daya motor P, dan cos θ faktor daya dari nilai yang ditampilkan oleh digital power analysis meter pada tabel 8.1.
15. Operasikan brake controller untuk melepaskan pengereman. Artinya, melepaskan pengereman dengan menekan tombol esc atau back pada brake controller.
16. Ulangi langkah 7 sampai 15 untuk pengaturan lain pada arus medan If yang tercantum dalam tabel 8.1.
17. Berurutan mematikan three-phase power supply, 3-P current limit protection switch modules, Magnetic Power brake unit, and Brake controller.
18. Gambarkan I vs If kurva pada pengaturan torsi yang berbeda pada gambar. 8.3. dengan menggunakan hasil dari tabel 8.1.
2.8.6 Hasil Percobaan
Tabel 8.1 Nilai Pengukuran cos θ, I, E dan P
T
(Kg-m)
|
If 0.4A
|
If 0.35A
|
If 0.3A
|
If 0.25A
|
If 0.2A
|
If 0.15A
|
If 0.1A
|
If 0.0.5A
|
|
0
|
cos
θ
|
||||||||
I
(A)
|
|||||||||
E(V)
|
|||||||||
P(W)
|
|||||||||
0.06
|
cos
θ
|
||||||||
I
(A)
|
|||||||||
E(V)
|
|||||||||
P(W)
|
|||||||||
0.1
|
cos
θ
|
0.929
|
0.972
|
0.974
|
0.924
|
0.835
|
0.684
|
0.604
|
-
|
I
(A)
|
0.602
|
0.570
|
0.457
|
0.477
|
0.543
|
0.692
|
1.009
|
||
E(V)
|
228.2
|
228.1
|
229.6
|
230.5
|
230
|
229.6
|
227.7
|
||
P(W)
|
0.080
|
0.070
|
0.069
|
0.070
|
0.066
|
0.076
|
0.082
|
||
0.16
|
cos
θ
|
-
|
-
|
||||||
I
(A)
|
|||||||||
E(V)
|
|||||||||
P(W)
|
Gambar 8.3 Kurva I vs If
2.8.7 Analis Data
Pada percobaan Motor Tiga Fase Pole Synchrone pada Kondisi Beban. Arus medan sebesar 0,4 A dan arus bebannya 0,602 A. dan pada saat arus medannya mengecil sebesar 0,1 A arus bebannya semakin besar yaitu 1,009 A.
2.8.8 Kesimpulan
Jadi semakin kecil Arus Medan semakin besar Arus Beban.Arus Beban dapat diubah ubah dengan cara merubah Arus Medan yang didapat dari pengaturan tahanan medan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø Percobaan 1 MOTOR DC PENGUATAN SERI dalam arah perputarannya sendiri dapat dibolak- balik. Contohnya dari REVERSE ke FORWARD. Begitu pula dengan arah sebaliknya dengan cara membalik polaritas pada sumber tegangan.
Ø Percobaan 2 MOTOR DC SHUNT pada saat awal start kecepatan putarannya laju, lambat laun akan menurun.
Ø Percobaan 3 Kecepatan putaran MOTOR DC COMPOUND dapat ditambah dengan mengatur nilai R Medan. Semakin besar tahanan R semakin besar pula Arus Beban I (A) dan semakin kecil Arus Medan (
Ø Percobaan 4 Kecepatan putaran MOTOR DC DIFFERENTIAL COMPOUND dapat ditambah dengan mengatur nilai R. Semakin besar tahanan R, semakin besar arus medan (
Ø Percobaan 5 Semakin besar T (Torque), semakin kecil kecepatan putaran (RPM) motor induksi. Semakin besar Arus Beban (I) motor induksi.
Ø Percobaan 6 Pada saat starting arus pada DELTA lebih besar disbanding WYE, sedangkan tegangan lebih kecil dari WYE. Pada kondisi running arus pada DELTA lebih besar dari pada WYE dan untuk tegangannya sama besar.
Ø Percobaan 7 Motor dapat diblock atau dikunci menggunakan BRAKE CONTROLLER.
Ø Percobaan 8 Jadi semakin kecil Arus Medan semakin besar Arus Beban. Arus Beban dapat diubah ubah dengan cara merubah Arus Medan yang didapat dari pengaturan tahanan medan.
3.2 Saran
Ø Dapat mengembangkan Ilmu Pengetahuan di bidang elektro khususnya Penggunaan Motor Listrik.
Ø Dapat memberikan motifasi baik moral maupun moril pada praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/92239408/makalah
http://ml.scribd.com/doc/28179053/Panduan-Teori-Rangkaian-Listrik
http://mzakyzm.wordpress.com/2010/03/28/transformasi-resistansi-star-%E2%80%93-delta-%CF%85%E2%88%92%E2%88%86/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar